Mengenal Sejarah dan Definisi Hidroponik
Haloooo
Sobat HOST yang setia…..
Hari ini ada informasi menarik nihhhhh. Sebelum kita tau hal mendalam
tentang Hidroponik, yuk kita kenalan dulu sama definisi dan sejarahnyaaa.
Mulai dari definisi dulu yahhh.
Jadi hidroponik secara
harfiah berarti Hydro yaitu air dan phonic yaitu pengerjaan, sehingga
hidroponik dapat diartikan sistem budidaya tanpa menggunakan tanah tetapi
menggunakan air yang berisi nutrient. Disisi lain menurut Mulyaningsih et al (2019), hidroponik merupakan
metode budidaya tanaman dengan media tanam selain tanah seperti kerikil, pasir,
sabut kelapa, busa. Jadi dapat disimpulkan bahwa hidroponik adalah metode
budidaya tanaman tanpa tanah melainkan menggunakan air dan substrat padat. Budidaya
hidroponik biasanya dilaksanakan pada rumah kaca (greenhouse) untuk menjaga agar pertumbuhan tanaman tumbuh secara
optimal dan benar-benar terlindung dari pengaruh luar seperti hama dan
penyakit, hujan, iklim (Rodiah, 2014). Hidroponik menjadi cara sebagai usaha untuk
mengembangkan hasil pertanian atau kegiatan mandiri dalam satu komoditas
tertentu.
Lanjuttt kita mau belajar sejarah
si hidroponik ini gimana ya kok bisa ada di masa ini? Yuk langsung aja
Sejarah
Hidroponik Didunia
Kegiatan
membudidayakan tanaman tanpa tanah sudah ada dalam catatan sejarah sejak ribuan
tahun yang lalu ( ± 2620 tahun yang lalu). Stephanie Dalley dan Somerville
College dari Oxford University meneliti dan membuktikan bahwa pada abad ketujuh
sebelum masehi di kawasan Niniwe; Irak dan jarak sekitar 300 mil dari babylonia
pembangunan taman gantung (Hanging Gardens)
merupakan pembangunan yang di buat atas perintah dari Raja Suria yang
bernama Sennacherib.
Selain
taman gantung, Raja Suria juga mendirikan Taman apung ( Floating Gardens) yang
dikenal dengan sebutan Chinampas. Chinampas menggunakan sistem budidaya
perairan yang dirakit menggunakan bambu. Rakitan dari bambu tersebut ditutupi
lumpur yang berasal dari danau dan mengandung bahan organic yang tinggi sebagai
sumber nutrisi oleh tanaman yang ditanam, dan akar pada tanaman tumbuh sapai
kebawah rakit dan dapat bersentuhan langsung dengan air. Keduanya tersebut
merupakan bentuk pengaplikasian teknik pertanian hidroponik.
Sistem
pertanian hidroponik mulai terungkap kembali melalui penemuan-penemuan yang
dilakukan oleh para ahli, peneliti Jan van Helmont menyatakan bahwa pada tahun
1600 sistem pertanian tentang berkebun dengan air. Selain itu peneliti juga
menulis buku dan menyebutkan informasi
lain bahwa pertanian hidroponik dimulai degan adanya kegiatan membudidayakan
tanpa tanah oleh Francis Baconyang pada tahun 1627. Penelitian masih terus
dilakukan agar mendukung perkembangan sistem hidroponik. Seorang peneliti John
Woodward melakukan penelitian dan percobaan dengan menanam spearmint dengan
menggunakan media air.
Sejarah Hidroponik Indonesia
Hidroponik
mulai masuk ke Indonesia sekitar tahun 1970-an, pada tahun tersebut menjadi
materi perkuliahan di perguruan tinggi (ada yang menyebutnya UGM). Pada tahun
1980-an Indonesia mulai mengembangkan hidroponik, praktisi pertanian Cipanas
Jawa Barat bernama Iin Hasim menggunakan teknik hidroponik untuk tanaman hias,
namun aplikasinya di Singapura. Pengembangan tanaman sayuran dengan menggunakan
budidaya secara hidroponik pertama kali dilakukan oleh Bob Sadino pada tahun
1982 pada lahan seluas 2,5 hektar. Budidaya sayuran secara hidroponik ini
merupakan aplikasi dalam skala industri. Sejak tahun 1983 sampai 2003 tercatat
hanya ada dua perusahaan yang mengembangkan sistem hidroponik sebagai industri,
yaitu Agrikultura (1998) dan PT Kebun Sayur Segar (2003).
Perkembangan
sistem hidroponik di Indonesia dilatarbelakangi persoalan masyarakat yang ingin
mengembangkan pertanian khususnya tanaman hortikultura meliputi tanaman
sayuran, buah-buahan, hias dan biofarmaka. Namun pengembangan tersebut
terkendala dengan lahan yang terbatas seperti di perkotaan umumnya penduduk
tidak memiliki lahan yang cukup untuk bertanam secara konvesional. Sistem
hidroponik yang pertama kali dikembangkan di Indonesia adalah sistem substrat,
kemudian mulai berkembang sistem nutrien film technique (NFT). Selanjutnya
mulai dikembangkan sistem aeroponik. Disamping itu, sistem yang banyak
dikembangkan adalah hidroponik wick (sumbu), hidroponik rakit apung juga ebb
and flow.
Sumber:
Mulyaningsih, Y., Mukmin, & Brawijaya. (2019). Hidroponik Skerwoll dan Faedah Pekarangan Rumah Untuk Pertanian Dengan Menerapkan Konsep Hidroponik Nyaman di Hati dan Kantong. Jurnal Qardhul Hasan, Media Pengabdian kepada Masyarakat, 5(2), 107-114.
Rodiah, Ida Syamsu. (2014). Pemanfaatan Lahan Dengan Menggunakan Sistem Hidroponik. Jurnal Universitas Tulungagung Bonorowo, 1(2), 43-50.
Komentar
Posting Komentar